Kopimu Adakah yang lebih pahit dari kopi yang engkau sajikan Di setiap seduhannya membawaku ke lembah terdalam Mungkin kau lupa menaburkan sedikit gula diatas nya Atau kah aku yang sudah mati rasa akan keduanya Antara pahitnya kopi dengan manisnya gula.. Pahit.. Sungguh pahit kopimu malam ini, Getarnya menjulur di sekujur tubuhku Menyelinap diantara lamunan sepiku, Sayang ,, Sungguh sayang,, Kopimu terlanjur dingin sebelum selesai kuhabiskan Ingin kuseduh kembali, Namun sayang rasaku terlanjur mati Biarlah kopimu malam ini berteman heningnya sepi Hingga esok hari ada yang sudi kiranya menyeduhnya kembali Dan kamu lekas mengerti Jangan biarkan lagi kopimu dingin bersama sepi
"Tor-tor" berasal dari suara entakan kaki penarinya di atas papan rumah adat Batak. Penari bergerak dengan iringan Gondang. Tari Tor-tor dari Sumatra Utara, ditampilkan saat ada ritual panen, kematian, dan penyembuhan. Wujudnya mulai bertransformasi di wilayah perkotaan karena menjadi tontonan, tidak semua yang melihatnya ikut terlibat ( Irsan Mulyadi/Fotokita.net ) Melimpahnya kebudayaan Indonesia terlihat dari beragamnya bentuk pertunjukan, tarian, alat musik, dan pakaian. Bukan hal mudah untuk menciptakannya karena harus mencurahkan akal budi dan daya upaya masyarakat suatu wilayah. Wajar jika kemudian terjadi perdebatan panjang saat Tari Tor-tor dan Gordang Sembilan (Gondang Sembilan) dari Mandailing, Sumatra Utara, dinyatakan akan menjadi hak cipta Malaysia. Menurut Togarma Naibaho, pendiri Sanggar budaya Batak, Gorga, kata "Tor-tor" berasal dari suara entakan kaki penarinya di atas papan rumah adat Batak. Penari bergerak dengan iringan G...